Selasa, 21 Juni 2011

Mempermainkan Pikiran Diri Sendiri itu Penting

pernahkah kita mencoba untuk melawan prinsip kita sendiri?
atau kita hanya selalu mencoba untuk mempertahankan prinsip yg kita pegang?

kata David Elkind, seorang psikolog pendidikan,
tujuan pendidikan sebetulnya adalah
"melatih para pelajar berpikir sendiri dan tidak menerima begitu saja
gagasan pertama yang mereka terima".

jadi perlu kita renungkan bersama seperti apa proses belajar
yang selama ini kita lakukan.
apakah kita selalu mengiyakan semua informasi yg pertama kali kita terima,
atau kita selalu berusaha kritis untuk memastikan sendiri informasi yg kita terima itu.

perlu diingat bahwa
kritis bukanlah selalu menyalahkan informasi yg kita terima,
tapi memastikan apakah itu benar atau tidak dengan argumen kita sendiri.

sebagian besar pendidikan yang kita terima selama ini
mungkin tidak mendukung pencapaian tujuan pendidikan yg satu ini.
seringnya pembelajaran dengan metode satu arah
menyebabkan pelajar layaknya kertas kosong
yg dengan mudah dicorat-coret oleh pengajarnya.
mudahnya dalam menanamkan sebuah prinsip kepada pelajar inilah
yang saya rasa menyebabkan mudahnya menumbuhkan bibit-bibit pemahaman keliru
yang berisi sebuah ajaran separatis dan terorisme.



pelajar tidak dilatih untuk mencoba memastikan sendiri
kebenaran gagasan yg pertama kali dia dengar dari pengajarnya.
bahkan kadang kala pelajar yg mencoba untuk menggali lebih dalam
dan meminta argumentasi yg lebih dalam dari gurunya,
dianggap siswa yg bermasalah dan memerlukan pembinaan khusus.
atau, jika gurunya sudah menyerah
maka dia hanya menjawab, "di buku seperti itu, sudahlah terima saja"

jadi jangan heran betapa mudahnya menyebarkan paham keliru di Indonesia
cukup dengan menyebarkan buku-buku aliran sesat.

hendaknya pelajar memang diajarkan untuk
selalu mencari sendiri argumentasi penguat
untuk meyakinkan informasi yang dia peroleh.

layaknya Nabi Ibrahim as yg mencari tahu siapa itu Tuhan.
dalam pencariannya,
dia kira bintang, ternyata bukan.

dia kira bulan, ternyata bukan.
dia kira matahari, ternyata bukan.
hingga pada akhirnya beliau menyimpulkan bahwa
tiada Tuhan selain Allah yg menciptakan langit dan bumi.

pada dasarnya apa yang ada di dunia ini bersifat netral.
menjadi positif dan negatif karena pikiran kita sendiri.
semakin kuat argumentasi yg ada di pikiran kita
membuat suatu hal semakin positif atau negatif.

sebagai contoh,
makanan di tempat sampah dengan makanan di meja makan
pada dasarnya keduanya merupakan makanan.

tapi ketika kita disuruh menilai mana yang lebih baik?
tentu kita akan memilih makanan di meja makan.
karena argumentasi yang umumnya ada di benak kita,
tempat sampah adalah tempat benda-benda yang sudah rusak wujud dan manfaatnya.
betul?

tapi ketika saya tambahkan argumentasi bahwa kedua makanan itu berada di rumah sakit jiwa.
dan yang menempatkan makanan di tempat sampah adalah seorang pasien sakit jiwa.
dia menganggap makanan yang busuk dan dimakan belatung adalah makanan yang sehat
karena hewan saja mau memakannya, apalagi manusia.
sedangkan makanan yang masih terbungkus rapi dan tidak busuk dianggap makanan tidak baik karena hewan saja tak doyan, berarti makanan itu beracun.

sekarang mana yang Anda pilih?
makanan yang di meja makan atau di tempat sampah?

merubah pikiran dengan argumentasi pribadi sangat penting
karena hal inilah yang menjadikan cikal bakal
terciptanya penemuan-penemuan penting di masa lampau.
(tentu dengan izin dan ridho Allah)

seandainya seorang Ibnu Sina tak berpikir ulang
tentang penampakan geografi yg dia lihat selama ini,
dia tak akan menelusuri bagaimana proses terbentuknya lembah.
yg dia terima cukuplah tanah legok yg cukup luas dinamakan lembah.

jika tak berpikir ulang tentang huruf-huruf yang dia kenal,
dia tak akan menulis risalah sebab-sebab terjadinya huruf.

gelar "raja dokter" justru membuatnya semakin tidak yakin
atas ilmu yg dia miliki
maka dengan segala upaya dia mencari lebih dalam
tentang argumentasi2 atas ilmu yg dia kuasai.
hasilnya? cek sendiri apa saja penemuan sang Ibnu Sina di mbah google.


jika Ibnu Sahl menerima prinsip begitu saja,
bahwa cahaya merambat lurus,
beliau tidak akan menemukan prinsip refraksi (pembiasan) cahaya.

dan isaac newton juga tak akan pernah
menemukan warna dalam cahaya dengan kaca prismanya.

jika isaac newton terima saja takdir bahwa
semua benda jatuh ke bawah,
dia tidak akan menemukan ilmu gravitasi.

semua itu lahir karena mereka mempermainkan prinsip
yang sebelumnya ada dalam pikiran mereka masing-masing.
mereka mundur selangkah kemudian berusaha
mencari argumentasi penguat
yang berasal dari pencariannya sendiri.

bisa kah kita meniru seperti itu?
pasti bisa.
atau jika kita tak bisa menemukan sebuah penemuan baru,
setidaknya, mulai saat ini
kita tidak selalu menerima begitu saja gagasan pertama yg kita terima.

belajar paling baik adalah dengan pengalaman.
pengalaman terbaik adalah pengalaman diri sendiri.

"Sesungguhnya dalam kejadian langit dan bumi,
dalam perbedaan siang dan malam,
merupakan kebesaran Allah bagi mereka yang berpikir
Yaitu, mereka yang selalu ingat Allah pada saat berdiri, duduk, atau berbaring. Mereka selalu berpikir tentang ciptaan langit dan bumi. 
Mereka akhirnya berkata: “Wahai Tuhan kami, Engkau tidak menciptakan ini sia-sia. 
Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari siksa api neraka”. 
(QS. Ali ‘Imran: 190-191)

Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan)  
menganggap baik pekerjaannya yang buruk 
lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, 
(sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan)? 
Maka sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; 
maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.
(QS. Faathir: 8)


Dan mereka berteriak di dalam neraka itu : 
"Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan 
mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan". 
Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir
dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan ? 
maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun.
(QS. Faathir (Fatir) [35] : 37)

_be a smart student
semoga bermanfaat

0 komentar:

Posting Komentar

Ramalan Jodoh





Blog Archive

Popular Posts

Blog Visitor

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons